Siasat Paspampres Agar Jokowi Tak Tersentuh Massa 212
![]() |
Presiden Jokowi di Demo 212 | istimewa |
Beritacas.com - Jakarta,
2 Desember 2016. Sepuluh menit menjelang azan salat Jumat berkumandang, pintu
gerbang Istana Merdeka dibuka. Dari dalam Istana terlihat Presiden Joko Widodo,
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Panglima TNI Jenderal Gatot
Nurmantyo melangkahkan kaki ke luar Istana.
Bambang
tak lagi bisa menghalangi keinginan Presiden. Menjadi tugas dan tanggung jawab
dialah kemudian untuk mengupayakan keamanan Presiden tetap terjamin. Sepanjang
perjalanan hingga lapangan tempat digelar Jumat, situasi aman tanpa gangguan.
Presiden,
Wakil Presiden, dan sejumlah pembantunya itu akan bergabung dengan massa Aksi
212 yang menggelar salat Jumat di lapangan Monas. Tepat di gerbang Istana,
hujan kian deras. Langkah Presiden Jokowi sempat terhenti. Sejenak dia berbisik
kepada sejumlah menterinya.
Namun,
beberapa saat kemudian, Presiden, Wapres, dan para menterinya melanjutkan
langkah menuju lapangan Monas. Sebelum Presiden memutuskan melaksanakan salat
Jumat di Monas, Komandan Pasukan Pengamanan Presiden kala itu, Mayor Jenderal
(Marinir) Bambang Suswantono, sempat memberikan pertimbangan kepada Jokowi.
"Pak,
hujan semakin deras. Kalaupun kita mau berdoa juga nggak akan khusyuk,"
bisik Bambang kepada Jokowi kala itu seperti dikutip dari buku 'Bambang
Suswantono, Memberi yang Terbaik', Senin (9/10/2017).
"Saya
cuma mau menemui mereka sebentar saja," tukas sang Presiden kepada
Bambang, yang kini menjadi Komandan Korps Marinir.
Namun
tugas belum selesai. Setelah salat Jumat, ada permintaan dari Jokowi untuk naik
ke atas panggung dan berpidato. Padahal keadaan di atas panggung saat itu
basah. Panggung juga bergoyang karena ada banyak orang di atasnya.
Bambang
menyarankan Jokowi berpidato di atas panser Anoa saja dengan alasan keamanan.
Presiden menggeleng, keukeuh ingin bicara dari atas panggung. "Bayangkan,
tidak ada security door! Tidak ada perangkat X-ray! Itu kan standar pengamanan
Presiden," kata dia.
Lalu,
bagaimana menjamin keamanan Presiden?
Bambang
mencari akal. Begitu menyadari ada sejumlah anggota Korps Wanita TNI
Paspampres, dia langsung memberi kode agar mereka membentuk pagar betis hingga
ke panggung. Dengan demikian, dalam pikiran Bambang, massa Aksi 212 yang umumnya
laki-laki tak mungkin nekat merangsek. "Karena bukan muhrim, massa agak
menjauh, Presiden jadi tak tersentuh," kata dia.
Solusi
cerdik. Maklum, di korps Paspampres, Bambang pernah terlibat dalam pengamanan
Presiden KH Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati. Ia juga pernah menjadi
penanggung jawab keamanan Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Beliau memimpin
pengamanan dengan penuh disiplin, tapi orang-orang di sekeliling Presiden
Jokowi tetap bisa tertawa ngakak," bisik seorang sahabatnya.
Buku
yang ditulis Fenty Effendy itu diluncurkan pada Jumat pekan lalu di sebuah kafe
di Jakarta Selatan. Peluncuran buku ini hanya dihadiri keluarga dan kerabat
dekat serta rekan-rekan Bambang semasa sekolah di Semarang hingga Lemhannas.
Ada juga Duta Baca Najwa Shihab dan penyiar Metro TV Fifi Aleyda Yahya.
Sebelum
menjadi penulis buku, Fenty pernah berkarier di beberapa stasiun televisi dan
menjadi redaktur bidang hukum di majalah Forum. [detik.com]
APA KOMENTAR ANDA?
BERITA MENARIK
loading...
BERITA TERBARU