Ayat al Maidah 51 di Indonesia dan Pengungsi Muslim ke Eropa?
Beritacas.com - Jelang
Pilkada DKI Isu QS Almaidah 51 seperti sengaja dihembuskan untuk menjegal
petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Mengapa seperti terlihat
sengaja, buktinya PKS bisa mengusung non muslim sebagai walikota Ambon pada
pilkada mendatang. Dan PKS juga yang mengusung petahana yang nota bene non
muslim sebagai walikota Solo.
Untuk
mencerahkan redaksi kutipkan tulisan kang hasan yang kami kutip dari Status
Facebook Hariadi Saptadji.
Hariadi
Saptadji sendiri merupakan tokoh Nasional yang sudah lama bergerak di dunia
industri dan perdagangan, pernah menjabat ketua bidang di KADIN, dan sekarang
menjabat sebagai Ketua Umum Induk UMKM Indonesia.
Berikut
tulisan yang redaksi kutipkan sangat menohok siapapun yang membacanya:
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Ayat
di atas sedang populer sekarang.
Ayat
itu selalu populer menjelang pemilu.
Dalam
hal pilkada DKI yang salah satu calon kuatnya adalah Nasrani, ayat ini menjadi
semakin kuat bergema. Tapi apakah ayat ini soal pemilu? Apakah ini ayat soal
pemilihan gubernur? Menurut saya bukan. Sejarah Islam tidak pernah mengenal
adanya pemilihan umum. Juga tak pernah ada pemilihan gubernur atau kepala
daerah.
Satu-satunya
pemilihan yang pernah terjadi adalah pemilihan khalifah. Itu pun hanya 5 kali,
dan hanya melibatkan sekelompok orang yang tinggal di Madinah. Gubernur
khususnya adalah pejabat yang ditunjuk oleh khalifah. Tidak pernah dipilih.
Jadi
ayat ini tentang apa? Wali atau awliya itu soal pemimpin wilayah atau
daerahkah? Bukan. Bagaimana mungkin ada ayat yang mengatur tentang pemilihan
pemimpin, padahal pemilihan itu tidak pernah terjadi?
Jadi,
apa yang dimaksud? Apa makna wali atau awliya? Wali artinya pelindung, atau
sekutu. Ketika Nabi ditekan di Mekah, beliau menyuruh kaum muslimin hijrah ke
Habasyah (Ethopia). Rajanya seorang Nasrani, menerima orang-orang yang hijrah
itu, melindungi mereka dari kejaran Quraisy Mekah. Inilah yang disebut wali,
orang yang melindungi. Kejadian ini direkam dalam surat Al-Maidah juga, ayat
81.
Adapun
ayat 51 yang melarang orang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pelindung itu
adalah soal persekutuan dalam perang. Tidak ada sama sekali kaitannya dengan
pemilihan pemimpin. Ini sudah pernah saya bahas, dan dibahas banyak orang.
Pagi
ini, bangun tidur saya menyaksikan berita pilu.
Orang-orang
Arab dari Syiria dan Irak masih terus mengungsi. Ke mana? Ke Eropa. Siapa
orang-orang Eropa itu? Muslimkah mereka? Sebagian besar tidak.
Kebanyakan
dari mereka, orang-orang Eropa itu, adalah Nasrani, atau ateis (musyrik). Tapi
kini mereka menjadi pelindung bagi orang-orang muslim, persis seperti ketika
kaum muslim hijrah ke Habasyah.
Jadi,
cobalah orang-orang yang rajin melafalkan ayat Al-Maidah 51 itu berkhotbah
kepada para pengungsi itu. Katakan kepada mereka bahwa meminta perlindungan
kepada Nasrani, menjadikan mereka wali atau awliya itu haram hukumnya. Bisakah?
Ironisnya,
dari siapa mereka lari? Dari kaum kafir? Bukan.
Mereka
lari karena ditindas oleh pemimpin-pemimpin mereka sendiri, kaum muslim. Kaum
muslim yang berebut kekuasaan.
Utamanya
Sunni melawan Syiah. Tahukah Anda bahwa bibit konflik Sunni-Syiah itu sudah
terbentuk sejak Rasul wafat?
Ketika
orang-orang mulai kasak kusuk untuk mencari siapa yang akan jadi khalifah,
padahal jenazah Rasul belum lagi diurus. Permusuhan itu abadi, mengalirkan
darah jutaan kaum muslimin sepanjang sejarah ribuan tahun, kekal hingga kini.
Tidakkah
kita sebagai kaum muslim malu ketika saudara-saudara kita dizalimi oleh saudara
kita yang lain, mereka meminta perlindungan kepada kaum Nasrani dan kafir? Tapi
pada saat yang sama mulut kita fasih mengucap ayat-ayat yang memusuhi orang-orang
Nasrani, memelihara permusuhan kepada mereka.
Ingatlah,
musuh abadi kita sebenarnya bukan Yahudi dan Nasrani, melainkan rasa permusuhan
itu sendiri. Rasa permusuhan itulah yang telah mengalirkan banyak darah kaum
muslimin, mengalir menjadi kubangan darah sesama saudara. Sesama saudara pun
bisa saling berbunuhan kalau ada permusuhan di antara mereka. Kenapa mereka
berbunuhan? Politik. Perebutan kekuasaan.
Itulah
yang sedang dilakukan banyak orang dengan Al-Maidah ayat 51. Berebut kekuasaan
politik dengan mengobarkan permusuhan. Mereka sedang mengabadikan kebodohan
yang sudah berlangsung 15 abad. Anda mau menjadi bagian dari kebodohan itu?
Saya tidak. Karena saya tidak mau menjadi pengungsi seperti orang-orang Irak
dan Syiria itu.
Tulisan
ini apakah bisa dijawab MUI yang tegas berpatokan Almaidah 51 menjadi dasar
dalam memilih pemimpin? Bagaimana dengan para pengungsi suriah yang terusir
dari pemimpinnya sendiri dan berlindung kepada negara kafir?? Apalagi dalam
dialog yang di pandu oleh bung karni Ilyas,
Tengku Zulkarnain (Wasekjen MUI Pusat) menambahkan, ” untuk kejadian
melecehkan ALquran kalau hukum islam, Ahok Harus dihukum mati, dipotong kaki
dan tangannya atau minimal di usir dari Indonesia. ”.
APA KOMENTAR ANDA?
BERITA MENARIK
loading...
BERITA TERBARU